PERPADUAN BAGELENAN DAN PESISIRAN; Wayang Kebumenan Akan Dieksiskan

foto/kebumenkab.go.id

Kebumen -PAGELARAN wayang kulit gagrak Kebumen (Wayang Kebumenan) sampai saat ini kurang dikenal masyarakat setempat. Hal itu antara lain disebabkan para dalang di Kabupaten Kebumen selama ini lebih banyak mementaskan wayang kulit gagrak Bagelenan (Kutoarjo) dan Pesisiran (Pantura).
Menurut dalang senior Kebumen, Ki Basuki Hendro Prayitno, selama ini para dalang di Kabupaten Kebumen bagian barat lebih banyak menampilkan wayang kulit purwa gaya Pesisiran. Sementara itu para dalang di Kebumen bagian timur cenderung menyajikan pedalangan gaya Bagelenan.

Disebutkan, dalang sepuh yang menerapkan pedalangan gagrak Pesisiran di antaranya Ki Purwosuwito (Adikarto), Ki Cermo (Jatijajar), Ki Marto Warsono (Purbowangi) Ki Pringgo Atmojo (Panjer) dan Ki Saring Hadi Wisono (Pekunden).

“Cak-cakan pakeliran berupa lakon, suluk, sabetan dan dhodhogan yang dilakukan di Kabupaten Kebumen, sebagian besar menggunakan gaya Bagelenan. Apa yang dilakukan oleh para dalang sepuh itu sampai sekarang masih ditiru oleh para dalang muda di Kebumen. Karena itu, para dalang muda sekarang kurang mengenal pedalangan gagrak Kebumen,” jelas Ki Basuki kepada KR di Kebumen belum lama ini.
Menghadapi kenyataan tersebut, Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Kebumen akan menggali dan mengembangkan wayang kulit gagrak Kebumenan.

“Kami memang akan mengeksiskan pedalangan gagrak Kebumen. Saat ini juga masih ada sejumlah dalang gagrak Kebumen yang bisa dijadikan narasumber. Di antaranya Ki Sudaryadi dari Mekarsari Kutowinangun, Nyi Murti dari Kuwarasan dan Ki Cermo Carito dari Karanganyar,” kata Ki Basuki yang juga Ketua Pepadi Kabupaten Kebumen.        (Job)-s

 

Sumber :http://www.kr.co.id