Senin, 20 Agustus 2001

Bus Damri Masuk Sungai, 22 Orang Tewas



Kebumen, Kompas. Sebanyak 22 orang tewas, 21 di antaranya tewas seketika di tempat kejadian, ketika bus Damri AB 2747 BA tercebur ke dalam Sungai Karanganyar, sekitar delapan kilometer arah timur Kota Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (19/8) dini hari sekitar pukul 02.15.

Kecelakan tunggal yang mengakibatkan tujuh orang lainnya luka berat dan 22 luka ringan itu terjadi ketika sebagian besar penumpang tengah lelap tidur. Korban meninggal maupun korban luka berat dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) PKU Muhammadiyah dan RSU Palangbiru, Gombong.

"Suara benturan begitu keras sehingga warga di sekitar tempat kejadian terbangun dari tidurnya," ujar Surip, yang rumahnya di pinggir Sungai Karanganyar. Segera setelah itu terdengar rintihan dan jeritan orang minta tolong dari arah sungai.

Nama korban yang tewas, sopir bus Budi Santoso (45), warga Jetak Soropatan, Bantul (DI Yogyakarta); Ati Prayitno (25), Tanjungrejo Sukun, Malang (Jatim); Sahudi bin Wrisad (35), Karangsambung, Songgom, Brebes (Jateng); Musliman (28), Pondok Hijau Permai, Pengasinan, Bekasi Timur; Supardi (23), Desa Gumul, Sambung Wedi; Klaten, Tulus (35), Kandangsapi, Cakung Timur, Jakarta Timur; Budiono (25), Desa Triwarno, Kutawinangun, Kebumen; Sutarno (27), Desa Kejawang, Sruweng, Kebumen; Mahmudin Nur (32), Desa Pengaringan, Pejagoan, Kebumen; M Yusuf (27), Cikedokan, Sukadanau, Cibinong (Jabar); Watim (32), Banioro, Kec Sadang, Kebumen; Cipto Pramono (60), Kalisemo-Loano, Purworejo (Jateng); Sukardi (46), Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo; Mardi Utomo (47), Desa Tribudisukur, Sumberjaya, Lampung Tengah; dan Juli Winanti (27) Ancol, Jakarta. Tujuh korban tewas, semuanya wanita berusia 25-70 tahun, sampai Minggu sore, belum diketahui jati dirinya.

Sopir mengantuk

Kepala Kepolisian Wilayah (Polwil) Kedu Komisaris Besar Bambang Tjahyono di lokasi kejadian, Minggu pagi, mengemukakan, hasil penyelidikan sementara memperlihatkan bahwa kecelakaan disebabkan sopir bus, Budi Santoso, mengantuk. Kemiringan permukaan jalan, menurut Kepala Polwil, juga kurang memenuhi syarat sehingga kendaraan yang akan masuk jembatan dari arah barat harus ekstra hati-hati.

"Apalagi ruas jalan di TKP (tempat kejadian perkara-Red) agak menikung dan sedikit menanjak," ujar Bambang.

Di samping itu, daerah antara Kebumen dan Purworejo merupakan titik lelah bagi sopir antarkota antarprovinsi. Karena itu, di beberapa ruas jalan itu acap kali terjadi kecelakaan. Selama kurun waktu enam bulan terakhir tercatat 35 korban tewas dalam kecelakaan di ruas jalan Kebumen-Purworejo-Temanggung-Magelang.

Agus Suhartanto (23), salah seorang korban luka ringan, warga Prembun, Kebumen, yang kini dirawat di RSU Pusat Muhammadiyah Gombong, menuturkan, beberapa saat sebelum mengalami musibah, bus yang dikemudikan Budi Santoso sedang dalam formasi iring-iringan dengan dua bus Damri lainnya.

Ketika akan masuk jembatan Karanganyar sekitar 25 meter dari ujung jembatan, sopir mencoba memperlambat laju bus. Akan tetapi, bus tidak dapat dikendalikan dan menabrak trotoar jembatan. Penumpang yang duduk di depan panik, kemudian berdiri dan terkonsentrasi di pintu depan. Maksudnya mungkin jika terjadi kecelakaan dapat segera keluar dari pintu depan.

Syarifudin (21), penumpang warga Kutoarjo yang dirawat di RSU Muhammadiyah, menuturkan, sejak berangkat dari Jakarta sekitar pukul 17.00 bus melaju kencang. "Jalan rusak pun di-embat. Ketika akan masuk jembatan pada ruas jalan menikung dan agak menanjak, sopir seperti tidak berusaha memperlambat laju kendaraan," ujar Syarifudin, yang karena ketakutan naik bus yang melaju dengan kecepatan tinggi sejak meninggalkan Jakarta bahkan sampai di TKP tidak dapat tidur.

Diungkapkan, gerakan penumpang yang panik kemudian terkonsentrasi di bagian depan justru menyebabkan sopir ikut panik dan tidak mampu mengendalikan kendaraan. Bus yang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta tersebut menabrak sayap kiri jembatan dari arah barat dan terlempar kemudian terjerembab di dasar sungai dari ketinggian sekitar enam meter. Bus reguler milik Damri tersebut jatuh dalam posisi terbalik, roda di atas.

Musibah di jalan provinsi tersebut menimbulkan antrean panjang kendaraan dari arah timur maupun arah barat. Kemacetan terjadi pada saat bangkai mobil Damri akan diangkat dari dasar sungai.

Menurut Kepala Kesatuan Lalu Lintas Polres Kebumen Inspektur Suwanto, sebagian besar yang meninggal adalah penumpang di bagian depan. Sopir Budi Santoso termasuk korban yang meninggal seketika. Penumpang yang tewas mengalami luka di bagian kepala.

Evakuasi jenazah korban dirampungkan dalam waktu sekitar tiga jam. Ahli waris korban meninggal maupun korban luka, menurut Dhuhori dari PT Jasa Raharja Kebumen, sesuai ketentuan yang mulai berlaku tanggal 16 Agustus 2001, akan menerima santunan Rp 10 juta bagi korban meninggal, biaya perawatan maksimal Rp 5 juta, dan cacat seumur hidup Rp 10 juta. (nts/kompas/wsm)

0 komentar:

Posting Komentar

SMS GRATIS

VISITOR

ADMIN

Sambutan PENULIS : Wasim Al Kabumainy
 
Selamat datang di Desa Pengaringan Online "Perekat Masyarakat Desa Pengaringan dan Sekitarnya". Mari kita jalin persatuan dan kesatuan. Walau dari desa kami ingin mendunia (maya)......

Blog Archive

 

Template by NdyTeeN