Kebumen, CyberNews. Rosikin (46) duduk gelisah di kursi panjang di depan Bangsal Dahlia RSUD Kebumen, Jumat (23/4). Warga Desa Jogomertan RT 04 RW 01 Kecamatan Petanahan, Kebumen itu, membiarkan anaknya Zahra Destiana (3,4) tidur-tiduran di lantai rumah sakit. Sesekali laki-laki itu menengok ke dalam ruangan melihat istrinya Nur Sahidah (25) yang masih terbaring pucat tanpa reaksi apapun.
Begitulah saat ini keadaan istrinya yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) persisnya menjadi pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Dia hanya bisa berbicara dengan istrinya melalui sorot mata. Selebihnya, istrinya seperti orang tidur panjang di antara perbatasan hidup dan mati.
Pada Juli 2009 lalu, istri yang dinikahi sekitar empat tahun lalu mengalami kecelakaan lalu lintas saat pergi ke pasar bersama tiga anak majikannya. Ketiganya anak majikannya yang berumur dua, empat dan tujuh tahun meninggal dunia, sedangkan istrinya selamat namun mengalami koma seperti saat ini.
"Saat itu, istri saya menggendong anak majikan yang berumur dua tahun. Tiba-tiba dua anak majikannya yang lain menyebrang jalan. Dia berusaha mengejar untuk mencegah, namun justru ikut tertabrak mobil yang melintas," tutur Rosikin saat ditemui Suara Merdeka CyberNews di RSUD Kebumen.
Akibat kecelakaan itu, istrinya mengalami luka di kepala bagian kiri. Bahkan sebagian batok kepalanya juga hilang diduga akibat benturan keras. Selama tujuh bulan istrinya mendapatkan perawatan di rumah sakit di Abu Dhabi. Konon biaya perawatan sampai menelan Rp 2,4 miliar yang ditanggung oleh pemerintah. Setelah itu istrinya dipulangkan ke tanah air dan selama dua bulan dirawat di Rumah Sakit Polri Jakarta.
"Karena lelah harus mondar-mandir antara Kebumen-Jakarta, saya minta istri saya dirawat di Kebumen saja," imbuh Rosikin dengan mata nanar.
Benar, dengan menyewa ambulance sendiri istrinya dibawa ke Kebumen. Bahkan sebelum dirawat di RSUD, TKW malang tersebut selama 20 hari sempat dirawat di rumahnya. Baru pada Rabu (21/4) lalu, Nur Sahidah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Meski selama ini biaya perawatan istrinya ditanggung oleh pemerintah, namun begitu telah banyak waktu tersita dan biaya dikeluarkan. Laki-laki yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu nyaris tidak bisa bekerja selama istrinya sakit. Bahkan dari pengakuannya, untuk biaya mondar mandiri itu hampir menghabiskan uang asuransi yang diperoleh istrinya. Total santuan yang diterima sebesar Rp 70 juta ditambah gaji tambahan dari majikan sebesar Rp 5,3 juta. Namun saat ini sebanyak Rp 45 juta sudah ludes untuk mengurus biaya sana sini.
"Saya berharap istri bisa sembuh, tapi melihat kondisinya seperti ini saya cuma bisa pasrah," kata Rasikin seraya menyebutkan, istrinya berangkat ke Arab Saudi baru setahun yang lalu.
Sebelum menikah dengannya, kata dia, Nur Sahidah juga pernah menjadi TKW di Brunei Darussalam. Namun setelah menjadi istrinya, dia baru kali pertama pergi ke luar negeri. Sebelum berangkat, istrinya juga berpesan agar dia menjaga putrinya dengan sebaik-baiknya.
Menurut dokter H Jami'at Haryono SpS, kondisi pasien sebenarnya masih di atas koma. Pasien mengalami cedera otak berat, sehingga secara klinis telah memenuhi syarat vegetative state, karena tidak ada lagi respons. Meski masih hidup, pasien tidak dapat merespons dan hanya mengalami siklus tidur dan bangun. Bahkan karena fungsi menelan makanan sudah tidak berfungsi, pemberian makanan langsung melalui lambung.
"Kami akan mempertahankan agar kondisinya tidak menurun. Namun dengan kondisi yang seperti itu, butuh mukjizat agar pasien bisa kembali seperti sedia kala," ujar dokter sesialis saraf itu saat memeriksa pasien.
Direktur RSUD Kebumen, dokter H Suprayitno mengatakan, pada prinsipnya pihaknya akan memberikan perawatan untuk meningkatkan kondisi umum pasien. Namun begitu, pihaknya sedikit kebingungan karena keluarga tidak membaca rekam medis
pasien selama dirawat di Abu Dhabi dan di rumah sakit Polri Jakarta. Adapun untuk biaya perawatan pasien akan dibantu oleh Pemkab Kebumen.
"Selain di rawat di rumah sakit, solusi lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara layanan homecare," tandasnya.
( Supriyanto /CN12/suaramerdeka.com )
Begitulah saat ini keadaan istrinya yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) persisnya menjadi pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Dia hanya bisa berbicara dengan istrinya melalui sorot mata. Selebihnya, istrinya seperti orang tidur panjang di antara perbatasan hidup dan mati.
Pada Juli 2009 lalu, istri yang dinikahi sekitar empat tahun lalu mengalami kecelakaan lalu lintas saat pergi ke pasar bersama tiga anak majikannya. Ketiganya anak majikannya yang berumur dua, empat dan tujuh tahun meninggal dunia, sedangkan istrinya selamat namun mengalami koma seperti saat ini.
"Saat itu, istri saya menggendong anak majikan yang berumur dua tahun. Tiba-tiba dua anak majikannya yang lain menyebrang jalan. Dia berusaha mengejar untuk mencegah, namun justru ikut tertabrak mobil yang melintas," tutur Rosikin saat ditemui Suara Merdeka CyberNews di RSUD Kebumen.
Akibat kecelakaan itu, istrinya mengalami luka di kepala bagian kiri. Bahkan sebagian batok kepalanya juga hilang diduga akibat benturan keras. Selama tujuh bulan istrinya mendapatkan perawatan di rumah sakit di Abu Dhabi. Konon biaya perawatan sampai menelan Rp 2,4 miliar yang ditanggung oleh pemerintah. Setelah itu istrinya dipulangkan ke tanah air dan selama dua bulan dirawat di Rumah Sakit Polri Jakarta.
"Karena lelah harus mondar-mandir antara Kebumen-Jakarta, saya minta istri saya dirawat di Kebumen saja," imbuh Rosikin dengan mata nanar.
Benar, dengan menyewa ambulance sendiri istrinya dibawa ke Kebumen. Bahkan sebelum dirawat di RSUD, TKW malang tersebut selama 20 hari sempat dirawat di rumahnya. Baru pada Rabu (21/4) lalu, Nur Sahidah dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Meski selama ini biaya perawatan istrinya ditanggung oleh pemerintah, namun begitu telah banyak waktu tersita dan biaya dikeluarkan. Laki-laki yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu nyaris tidak bisa bekerja selama istrinya sakit. Bahkan dari pengakuannya, untuk biaya mondar mandiri itu hampir menghabiskan uang asuransi yang diperoleh istrinya. Total santuan yang diterima sebesar Rp 70 juta ditambah gaji tambahan dari majikan sebesar Rp 5,3 juta. Namun saat ini sebanyak Rp 45 juta sudah ludes untuk mengurus biaya sana sini.
"Saya berharap istri bisa sembuh, tapi melihat kondisinya seperti ini saya cuma bisa pasrah," kata Rasikin seraya menyebutkan, istrinya berangkat ke Arab Saudi baru setahun yang lalu.
Sebelum menikah dengannya, kata dia, Nur Sahidah juga pernah menjadi TKW di Brunei Darussalam. Namun setelah menjadi istrinya, dia baru kali pertama pergi ke luar negeri. Sebelum berangkat, istrinya juga berpesan agar dia menjaga putrinya dengan sebaik-baiknya.
Menurut dokter H Jami'at Haryono SpS, kondisi pasien sebenarnya masih di atas koma. Pasien mengalami cedera otak berat, sehingga secara klinis telah memenuhi syarat vegetative state, karena tidak ada lagi respons. Meski masih hidup, pasien tidak dapat merespons dan hanya mengalami siklus tidur dan bangun. Bahkan karena fungsi menelan makanan sudah tidak berfungsi, pemberian makanan langsung melalui lambung.
"Kami akan mempertahankan agar kondisinya tidak menurun. Namun dengan kondisi yang seperti itu, butuh mukjizat agar pasien bisa kembali seperti sedia kala," ujar dokter sesialis saraf itu saat memeriksa pasien.
Direktur RSUD Kebumen, dokter H Suprayitno mengatakan, pada prinsipnya pihaknya akan memberikan perawatan untuk meningkatkan kondisi umum pasien. Namun begitu, pihaknya sedikit kebingungan karena keluarga tidak membaca rekam medis
pasien selama dirawat di Abu Dhabi dan di rumah sakit Polri Jakarta. Adapun untuk biaya perawatan pasien akan dibantu oleh Pemkab Kebumen.
"Selain di rawat di rumah sakit, solusi lain yang bisa dilakukan adalah dengan cara layanan homecare," tandasnya.
( Supriyanto /CN12/suaramerdeka.com )
0 komentar:
Posting Komentar