Senin, 12 Juli 2010

Kebumen Berhasil Ekspor Nilam



Kebumen: Tanaman nilam akhirnya berhasil menjadi tanaman alternatif yang menjanjikan keuntungan besar bagi para petani di wilayah dataran tinggi di Kebumen. Setelah tanaman itu diolah menjadi minyak nilam
maka akan memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia.

Salah satu kelompok tani pembudidaya tanaman nilam yang kemudian mengolahnya menjadi minyak nilam untuk kebutuhan ekspor, yakni Kelompok Tani (Klomtan) Sidoraharjo Desa Wadasmalang, Karangsambung, Kebumen, yang merupakan binaan Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kebumen.

Ketua Klomtan Sidoraharjo, Margono (35), mengungkapkan kelompoknya yang beranggotakan 42 orang setiap minggunya berhasil menjual minyak nilam kepada eksportir di Purwokerto dan Jakarta. Minyak nilam yang diproduksi kelompok dalam seminggu mencapai 60 sampai 80 kg.

“Harga jual saat ini mencapai Rp 330 ribu per kg. Setelah kami perhitungkan dengan biaya produksi, ternyata cukup menguntungkan bagi kami,” ungkapnya di instalasi penyulingan nilam milik Klomtan Sidoraharjo, Sabtu (10/7).

Dituturkannya, semula anggota klomtannya merupakan petani cengkeh dan palawija seperti singkong dan tembakau. Setelah cengkeh surut dan Distanhut mengenalkan nilam kepada mereka, merekapun mencoba beralih ke nilam. Apalagi setelah Distanhut membantu peralatan penyulingan seharga Rp 50 juta ditambah petunjuk teknis penyulingan dan upaya pemasarannya, kelompoknya bertambah semangat mengelola budidaya nilam dan pembuatan minyak nilam. Dibandingkan cengkeh dan palawija, ternyata nilam lebih menguntungkan.

Saat ini kelompoknya sudah memiliki lahan nilam seluas 42 hektar, terhampar di tanah milik anggota kelompok. Kesuburan nilam menurtnya sangat tergantung pada jenis tanah, pola tanam dan perawatannya. Juga, harus mendapatkan sinar matahari penuh atau tanpa naungan, agar kandungan minyaknya tinggi. Masa penanaman ideal menurutnya adalah pada musim penghujan, agar stek batang mudah bersemi.

Berdasarkan pengalaman kelompok, 1 hektar nilam menghasilkan panen berupa batang dan daun nilam seberat 15 ton. Setiap panen, nilam petani dibeli dengan harga Rp 3.500 per kg. Kandungan minyak tertinggi dihasilkan dari batangnya, sedangkan kandungan minyak daunnya dibawah kandungan minyak pada batang.

“Dengan alat destilasi ini dalam sekali olah kami berhasil mengolah 3 kwintal bahan baku berupa nilam kering yang direbus dengan 500 liter air. Adapun rendemen atau kandungan minyak yang dihasilkan sebesar 1,6 sampai 1,8 persen. 3 kwintal bahan baku ini bisa menghasilkan 7 kg minyak, setelah air rebusan ditumpahkan ke spon dan disaring dengan monel,” jelas Margono.

Melihat respon pasar yang tinggi terhadap minyak nilam, Margono berharap Distanhut Kebumen bersedia membantu 1 instalasi pengolahan lagi kepada kelompoknya, demi meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok.

Foto n Sumber berita :http://zonaindo.com

0 komentar:

Posting Komentar

SMS GRATIS

VISITOR

ADMIN

Sambutan PENULIS : Wasim Al Kabumainy
 
Selamat datang di Desa Pengaringan Online "Perekat Masyarakat Desa Pengaringan dan Sekitarnya". Mari kita jalin persatuan dan kesatuan. Walau dari desa kami ingin mendunia (maya)......

Blog Archive

 

Template by NdyTeeN