Tenongan di Pengaringan memang sudah dilakukan turun temurun oleh masyarakat Pengaringan. Tenongana itu sendiri semacam syukuran (kenduren=Jawa) bersama yang bertempat di balaidesa. Tenong sendiri terbuat dari anyaman bambu dibentuk seperti kaleng roti tapi dengan ukuran jumboo, berdiameter sekitar 40 - 50 cm. Setiap kepala keluarga di sini membawa Tenong yang berisi nasi dan lauk pauk didalamnya. Yang mana untuk isinya tidak ditentukan, tapi terserah sesuai kemampuan setiap warga di sini.
Dulu setiap tasyakuran hari - hari raya keagamaan dan hari - hari besar lainya seperti HUT RI di Desa Pengaringan selalu mengadakan Tenongan. Namun seiring berjalannya waktu,budaya Tenongan hanya di adakan saat lebaran atau Hari Raya idul fitri.
Seperti lebaran tahun -tahun sebelumnya, di lebaran 1431 H ini, selepas sholat `id warga di sini mulai berbondong-bondong berkumpul di balaidesa dengan membawa tenongnya masing-masing. Yang unik disini bukan warga muslim saja yang membawa Tenong, tapi warga Kristiani juga ikut Tenongan. Dan inilah wujud kerukunan dan toleransi antar agama yang terbangun erat di Desa pengaringan.
Setelah Tenong di tata berjejer memanjang barulah warga duduk didepannya secara acak. Jadi setiap warga saling bertukar Tenongnya untuk nanti di santap bersama-sama. Setelah semuanya siap barulah Bapak Kades melakukan sambutan yang langsung disambung oleh sesepuh desa untuk menyampaikan tujuan dari tasyakuran tersebut (ngujud-aken/ngabulaken=Jawa). Setelah itu barulah Bp. Kaum (mudin/kaur kesra) mendoakan yang di amini oleh semua warga. barulah setelah doa selesai semua isi Tenong di buka dan di makan bersama - sama.
Namun tidak semua warga melakukan Tenongan bersama di balaidesa setelah sholat idul fitri. Karena di Pengaringan masih ada sekelompok warga yang masih menganut ajaran Kejawen (Aboge=Jawa). Aboge ini sebagian besar berada di Rt. 06 yang di sesepuhi oleh Bp. Suhadi (Mantan Kamitua). Kalau sebagian warga Pengaringan Tenongan lebaran tahun ini/ 1431 H jatuh pada hari Jumat, 10 September 2010. Lain halnya dengan warga Aboge yang menurut hitungan mereka lebaran jatuh pada Hari Sabtu, 11 September 2010. Jadi warga aboge dalam melaksanakan tenongannya pada hari Sabtu itu yang dipusatkan di Kediaman Bp. Suhadi. Walaupun menurut hitungan Aboge lebaran jatuh tanggal 11, tetapi mereka sholat 'Idul Fitrinya tetap mengikuti hitungan pemerintah yaitu tanggal 12 Sept. Itulah indahnya Desa pengaringan, walaupun banyak sekali perbedaan dan kepercayaan, warga disini hidup damai, rukun dan saling mengahargai antara warga yang satu dan lainnya. (wsm/PO)
Foto : Gayodh
0 komentar:
Posting Komentar